Teks Doa Supaya Sabar Mengalami Lawan Ataupun Musuh

Teks Doa Supaya Sabar Mengalami Lawan Ataupun Musuh, Assalamualaikum Wr. wb. Pada peluang kali ini hendak berbagi doa supaya kita sabar mengalami lawan ataupun musuh. Doa ini dibaca kala kita mengalami seorang yang benci serta mau mencelakai diri kita, serta supaya kita diberi kesabaran buat menghadapinya. teks doa sabar mengalami lawan ataupun musuh ini ada pada Al- Quran Pesan Al- Baqarah Ayat: 250.

Dipaparkan dalam Al- Quran, pada era Nabi Daud, doa ini dibaca oleh sekelompok mukmin yang bergabung dengan pasukan Thalut buat melawan Jalut. Dengan doa ini serta atas izin Allah Swt. Sekelompok mukmin serta serta pasukan Thalut bisa mengalahkan Jalut, serta dengan izin Allah Swt, Nabi Daud bisa menewaskan Jalut.

Berikut merupakan teks doa supaya sabar mengalami lawan dalam bahasa arab, latin serta maksudnya:

Doa Supaya Sabar Mengalami Lawan

رَبَّنَاأَفْرِغْعَلَيْنَاصَبْرًاوَثَبِّتْأَقْدَامَنَاوَانْصُرْنَاعَلَىالْقَوْمِالْكَافِرِينَ

Robbanaa afrigh alainaa Sabraw wa tsabit aqdaamanaa wansurnaa alal qaumil kaafiriin

Maksudnya:” Ya Allah, limpahkanlah kesabaran pada kami, kokohkan pendirian kami, dan tolonglah kami buat mengalahkan orang‐orang kafir.”( QS. Al‐Baqarah: 250)

Seperti itu doa supaya sabar mengalami lawan yang dibaca oleh sekelompok orang mukmin yang bergabung dengan pasukan Thalut melawan jalut. Dengan doa itu pula serta atas izin Allah SWT. Pasukan thalut bisa mengalahkan jalut serta nabi daud menewaskan jalut.

Cerita Thalut bermula kala bani Israil hadapi masa suram serta hitam selepas kepergian nabi Musa. Pada waktu itu terjalin krisis keimanan serta perjuangan di golongan mereka, paling utama kala Yusya bin Nuh– seseorang pengikut setia nabi Musa as serta pemimpin agama serta sosial bani Israil– meninggal. Dampaknya, mereka terpuruk, kehabisan arah, serta tujuan semacam domba tanpa pengembala.

Tanpa wujud pemuka agama yang mempengaruhi, warga Israil mulai melupakan agama. Mereka melaksanakan bermacam dosa serta penyimpangan yang semestinya tidak dicoba semacam menewaskan nabi. Tanpa wujud pemimpin, bani Israil pula jadi lemah serta kesimpulannya terjajah oleh bangsa lain, ialah dinasti Bukhtanashar.

Dinasti Bukhtanashar populer sangat kejam kepada bani Israil. Diceritakan kalau mereka menahan pembesar bani Israil, menculik kanak- kanak, menarik upeti semena- mena serta bermacam aksi yang membuat umat nabi Musa ini sengsara. Kebebasan hidup bangsa Israil direnggut sampai tidak tersisa, apalagi mereka diperlakukan seperti budak.

Di tengah penindasan tersebut, bani Israil meminta kepada Allah Swt buat mengutus seseorang nabi yang bisa menyelamatkan mereka. Sementara itu tadinya mereka senantiasa menewaskan para nabi serta keturunannya. Doa-doa mereka ini setelah itu dijawab oleh Allah Swt dengan mengutus seseorang nabi bernama Syamwil( Samuel), seseorang generasi terakhir dari keluarga Lawi.

Thalut Muncul Selaku Representasi Wujud Pahlawan Bangsa Israil

Pendek cerita, Samuel setelah itu dinaikan jadi nabi. Dia diperintahkan oleh Allah Swt buat mengemban serta meneruskan risalah nabi Musa as. Dengan kedatangan Samuel, bangsa Israil berharap mereka bisa mengakhiri penindasan dinasti Bukhtanashar. Buat penuhi tujuan tersebut, sesuatu hari mereka memohon Samuel supaya mengangkut seseorang pemimpin selaku langkah taktis melawan Jalut.

Mereka mengatakan,“…Angkatlah seseorang raja buat kami, tentu kami berperang di jalur Allah.” Nabi( Samuel) mereka menanggapi,“ Jangan- jangan bila diharuskan atasmu berperang, kalian tidak hendak berperang pula?” Mereka menanggapi,“ Kenapa kami tidak hendak berperang di jalur Allah, sebaliknya kami sudah diusir dari kampung taman kami serta( dipisahkan dari) kanak- kanak kami?…”( QS. Al- Baqarah[2]: 246).

Setelah itu Samuel mengangkut Thalut– seseorang yang saleh serta bijaksana– selaku pemimpin bani Israil. Tetapi mereka malah tidak sepakat serta mengatakan,“…Bagaimana Talut mendapatkan kerajaan atas kami, sebaliknya kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, serta ia tidak diberi kekayaan yang banyak?”( Nabi Samuel) menanggapi,“ Allah sudah memilihnya( jadi raja) kalian serta membagikan kelebihan ilmu serta fisik…”( QS. Al- Baqarah[2]: 247).

Mereka sangat jengkel dengan terpilihnya Thalut– seseorang penggembala miskin serta bukan generasi Lawi– selaku pemimpin. Karena dalam tradisi bangsa Israil, para nabi serta raja wajib berasal dari kalangan bangsawan serta generasi rumpun kenabian. Keengganan mereka ini baru mereda sehabis nabi Samuel mengatakan fakta the facto kepemimpinan Thalut, ialah suatu Tabut.

Tabut ialah peti kayu berlapis emas tempat menaruh Taurat. Tadinya Tabut– yang diyakini oleh bangsa Israil bawa ketenangan serta kemakmuran– lenyap akibat direbut oleh tentara dinasti Bukhtanashar. Kemudian malaikat mengembalikannya kepada Thalut selaku fakta kalau dia sudah diseleksi jadi pemimpin kaumnya.

Lekas sehabis pelantikannya, Thalut mengumpulkan segala kekuatan bangsa Israil, melatih, serta mempersiapkan taktik pertempuran untuk mereka. Diperkirakan pada dikala itu terdapat dekat 70 ribu pemuda yang berposisi selaku prajurit serta Thalut selaku jendral utama. Dia merupakan representasi wujud pahlawan bangsa yang mengetuai pasukan dengan gagah buat melawan raja Jalut yang zalim.

Pasukan bani Israil setelah itu bertolak mengarah medan peperangan lewat padang sahara yang kering serta tandus. Di tengah ekspedisi– diantara Yordania serta Palestina– mereka berjumpa suatu sungai yang penuh dengan air jernih. Memandang sungai tersebut, mereka sangat bersuka cita serta mau lekas melompat ke dalamnya.

Raja Thalut yang memandang keadaan pasukannya tersebut dan atas ilham dari Allah Swt memperingatkan mereka supaya tidak minum secara kelewatan sebab itu bisa pengaruhi kekuatan pasukan bani Israil. Bila mereka meminum air sungai tanpa penuh kesiagaan ataupun secara berlebih- lebihan, hingga nyaris ditentukan sesudahnya mereka hendak terkapar ataupun dapat jadi disergap musuh( Qashash al- Anbiya: 709).

Thalut mengatakan,“…Allah hendak menguji kalian dengan suatu sungai. Hingga barangsiapa meminum( airnya), ia tidaklah pengikutku. Serta barangsiapa tidak meminumnya, hingga ia merupakan pengikutku kecuali menciduk seciduk dengan tangan….”( QS. Al- Baqarah[2]: 247). Namun perintah Thalut ini tidak dihiraukan oleh pasukannya kecuali segelintir orang tercantum nabi Daud muda yang sat itu belum dinaikan jadi nabi.

Sebagian besar pasukan bani Israil yang tidak mematuhi perintah Allah Swt mundur sebab khawatir terhadap pertempuran. Lalu Thalut melanjutkan ekspedisi dengan ditemani pasukan kurang lebih beberapa 300 orang prajurit. Dalam perihal ini, Thalut setelah itu muncul selaku wujud pahlawan untuk bangsa Israil dengan semangatnya yang menggebu- gebu. Dia mengatakan,“…Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah…”

Sehabis sekian lama, pasukan Thalut kesimpulannya bertemu dengan bala tentara Jalut yang jumlahnya berulang kali lipat. Kala memandang mush, Thalut serta pasukannya berdoa serta meminta pertolongan Allah Swt. Mereka serempak mengatakan,“…Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami serta tolonglah kami mengalami orang- orang kafir…”

Saat sebelum pertempuran diawali hendak diadakan duel satu lawan satu dari tiap perwakilan pemimpin pasukan. Ini merupakan suatu tradisi peperangan yang turun temurun kala itu. Jalut setelah itu dengan sombong menantang seluruh pasukan Thalut. Tetapi kala Thalut hendak menanggapi tantangan tersebut, seseorang pemuda gagah berani– ialah nabi Daud– memohon izin buat melawan Jalut.

Dengan izin Allah, Daud as bisa mengalahkan serta menewaskan Thalut. Diceritakan kalau dia menewaskan Jalut dengan ketapel yang senantiasa dibawanya selaku senjata. 3 buah batu meluncur deras ke kepala Jalut sampai dia tewas. Memandang kematian Jalut, bala tentaranya kehabisan arah serta kesimpulannya sukses dikalahkan dengan gampang( Qashash al- Anbiya: 710).

Cerita Thalut serta bani Israil dalam Al- Qur’ an ini diakhiri dengan data kalau Allah sudah memilah Daud selaku nabi serta raja untuk bangsa Israil. Allh Swt berfirman,“…Allah memberinya( Dawud) kerajaan, serta hikmah, serta mengajarinya apa yang Ia kehendaki. Serta jika Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu rusaklah bumi ini. Namun Allah memiliki karunia( yang dilimpahkan- Nya) atas segala alam.”

Cerita Thalut selaku representasi wujud pahlawan bangsa Israil ini bisa ditemui dalam QS. al- Baqarah[2] ayat 246 sampai 251. Tidak hanya itu, perincian cerita tersebut pula bisa ditelusuri dalam Al- Kitab dengan inti cerita yang tidak jauh berbeda dari Al- Qur’ an. Ibnu Katsir dalam novel Qashash al- Anbiya ikut menggambarkan secara rinci gimana cerita Thalut serta Jalut.

Dari cerita Thalut, kita bisa menekuni sebagian perihal, antara lain:

1) Ketidaktaatan kepada Allah Swt bisa menjerumuskan manusia ke dalam jurang kemerosotan, kemunduran, serta kehancuran.

2) Kala umat dalam masa kegelapan, hingga diperlukan wujud pahlawan bang serta agama yang sanggup menolong mereka keluar dari masa tersebut.

3) Tiada terdapat upaya kecuali atas izin serta kekuasaan Allah Swt.

Wallahu a’ lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *